Seputar spiritual, meditasi dan Reiki
Seputar spiritual, meditasi dan Reiki

Call us:+62 081 6533 777

“Kemauanku tak sakit. Kemauanku sehat” kata anda

Djika memang betul demikian, anda tak perlu membatja bab ini.

Akan tetapi nanti dulu! Tahukah anda, apa jang dimaksudkan dengan kemauan jang sakit?Belum?Lalu, bagaimana anda bisa menetapkan bahwa  anda tak menderita penjakit ini?

Orang-orng jang kemauannja sakit, biasanja mempunjai tjita-tjita tinggi. Mereka mau ini, mau itu. Pendeknja, mereka serba mau, akan tetapi kemauan mereka tak diserti oleh perbuatan.

Sukarnja ialah, bahwa untuk menjembuhkan penjakit kemauan, diperlukan……kemauan! Kalau mungkin kami ingin menuangkan kemauan itu kedalam djiwa dan kami jakin, mereka akan segar Kembali. Dan mereka akan sanggup bangkit, berbuat, bekerdja.

Akan tetapi,sajang seribu sajang, mereka itu lebih suka bertjita-tjita sadja. Mengasjiki tjita-tjita jang muluk-muluk. Mereka ingin mendjadi pedjuang-pedjuang jang memimpikan kedaan gilang-gemilang. Mereka merasa diperlakukan tak-adil.Mereka mersa sebagai pudjangga-pudjangga jang tak dipahami oleh masyarakat.

Sungguh tinggi tjita-tjita mereka, akan teapi mereka tak bermaksud untuk melaksanakan keinginan dan tjita-tjita itu. “Sebab”, pikir mereka, “Karja saja toh taka da jang memahami”.

Mereka ingin diperlakukan sebagai orang-orang besar. Mereka sangat marah, djika ada orang tersenjum, mentertawakan sikap angkuh mereka.

 Mereka tak bisa bertindak dan berbuat, karena dalam dirinja terdjadi perdjuangan dan sengketa mengenai hal-hal remeh-temeh.

Dengan senang hati  mereka satu hari lamanja merantjangkan apa-apa jang hendak dilaksanakan,dan setelah mereka menghabiskan waktunja dengan mengchajalkan segala matjam rantjangan, mereka merasa bangga. Mereka mengira telah “berhasil” mengadakan “perdjuangan hebat”, dan meras termasuk golongan manusa-manusia hebat, pudjangga-pudjangga besar.

Orang-orang jang kemauannja lemah, membiarkan dirinja diliputi oleh pikira-pikiran lepas, tiada hubungannja satu sama lain. Mereka menjerah kepada nafsu-nafsu sert perasaan-perasaan jang timbul tak-beraturaan.Dalam otaknja seolah-olah ada kuda-kuda liat jang sedang ber-main-main maling-malingan.Memang “kuda tersebut. Bagus, kuat-perkasa. Ada sesuatu jang tak ada disitu, jakni tjambuk! Dan tjambuk itulah kemauan. Tjambuk jang pada saat-saat jang perlu harus digunakan untuk mendatangkan tata-tertip.

Alangkah kedjamnja, akaan tetapi: alangkah perlunja!

Didoraong oleh perasaan-perasaan jang tak pada tempatnja, dan karena kemauannja lemah, pikiran-pikiran jang indah dan bagus-bagus mereka iarkan meradjalela. Mereka tak berani menggunakan tjambuk untuk menghalau kekatjauan.

Memang ,kadang-kadang mereka mentjoba djuga menggunakan tjambuk(kemauan)nja. Akan tetapi ternjata kemauan mereka terlalu lemah. Usaha mereka gagal ditengah djalan.

Setiap saat mereka diserbu oleh pikiran-pikiran baru, jang mendesak pikiran-pikiran lama, Itulah sebabnja mereka banjak rantjangan dan “pekerdjaan” meskipun merkea tak berbuat apa-apa. Hal ini disebabkan karena pikirna-pikiran itupun lenjap lagi, diganti dengan pikiran-pikiran lain. Mereka dalah seperti orang jang membuat rumah dengan tak mulai dengan pondamennja, akan tetapi mau segera mendirikan tembok dan atapnja, atau memasang ubin. Dan apabila sekonjong-konjing timbul pikiran bahwa pelru didirikan Gudang, mereka pun sekonjong-konjong membikin gudang.

Ini semua sadalah pendjelmaan kemauan jang lemah.

Ada lagi pendjelmaan kemauan jang lemah: Tjinta kepada sesame manusia jang taka pada tempatnja. Memang ada utjapan jang berbunji: “ Tjintailah sesamamu ,seperti engka menjintai dirimu” . ini utjapan jang benar dan bagus. Akan tetapi ingatlah akan kata-kata: “Seperti mentjintai dirimu”. Bagaiama anda memperlakukan diri anda?

Anda mendisiplin diri anda, anda menggunakan tenaga-tenaga rohani untuk menguasai diri anda, ja, memang , anda mentjintai diri anda, akan tetapi dengan rasa-tjinta jang tepat. Sika panda terhadap diri anda ialah seperti sikap atasan jang baik hati, tapi keras  dan adil.

Apa djadinja orang jang terlalu bernafsu menolong orang lain? Ia akan merugikan dirinja sendiri dan djuga merugikan orang jang ditolongja. Karena kemauannja lemaah, ia tjenderung untuk mentjampuri urusan orang lain, sambal mengobral daja-kemauannja jang tak banjak itu. Orang jang ditolongnjapun menjalahgunakan pertolongan tersebut, lupa mengjinsingkan lengan badjunja sendiri. Sudah barang tentu kita tak melarang orang mempunjai rasa kasih sajang, asal didjaga djangan sampai menjeleweng mendjadi rasa kasih-sajang jang berleibh-lebihan.

Pendjelmaan lain dari kemauan lemah ialah: Kepingin dipudji dan mau senangja sendiri. Orang kuat tak ingin dipudji. Jang penting baginja ialah:Penjempurnaan peribadinja. Ada hubungan erat antara”Kepingin dipudji” dan “kasih saja kepada sesame” . keduanja merupakan alat guna mengenakkan diri sendiri, guna menutupi kelemahan. Akan tetapi, apabila tersinggung perasaannja sedikit sadja, mereka marah-marah, dan segala “kasih sajang kepada orang lainpun” lenjap.

Sebaliknja orang-orang jang lemah-kemauannja suka sekali mengetjam orang lain, menghantami orang-orang jang tak menghargainja, kdang-kadang sewenang-wenang merusak kepentingan orang lain, tanpa sendiri mendapat keuntungan apa-apa.

Dalam pada itu mereka lekas pula memberi pudjian-pudjian melambung-lambung, mesikpun taka da alas an untuk berbuat demikian.

Lain halnja dengan orang-orang jang kuat: Mereka tak mengetjam setjara merusak(destruktif), akan tetapi djuga tak gampang memudji. Jang ditjari ialah hal-hal jang bisa menambah kesempurnaan peribadinja.

Banjak orang jang kemauannja sakit.

Karena itu, masalah kemauan adalah masalah penting. Tjorak masjarakat modern tak menambah kekuatan kemauan, malah melemahkan.

Sifat kewanita-wanitaan, kehalus-halusan, kelemah-lembutan jang keterlaluan meradjalela.

Hasil-hasil kesenian jang serba-chayal dan rapuh, disandjung-sandjung.

Tudjuan hidup orang Sekaran kebanjakan ialah:kenikmatan.

Sakit lemah-kemauan bisa pula disebabkan karena meradjalelanja naluri-naluri(instink2) jang merusak.

Memang, siapa jang kemauannja lemah mudah mendjadi bulan-bulanan naluri-nalurinja.

Sesungguhnja setiap orang pada dasarnja tahu mana jang baik dan mana jang buruk. Dan orang jang sehat kemauannja tahu bertindak berdsarkan kebaikan dan menghalaukan keburukan. Akan tetapi manusai jang lemah bersikap ragu-ragu. Dan keragu-raguan ini membuat pikirannja kabur dan katjau balau. Mereka suka ngomong dan berbitjara, tiada habis-habisnja, aka tetapi mereka tak mampu bertindak, tak bisa menjelesaikan suatu pekerdjaanpun dengan baik.

Sjukur, bahwa ada satu fakta jang menggembirakan, jakni bahwa:

Orang jang kemauannja lemah harus mulai dengan mendisiplin diri sendiri. Mendisiplin diri sendiri berarti: menempatkan diri sendiri dibawah suatu rentjana-kerdja. Bagian kemauan jang masih sehat hendaknja dipusatkan kepada rentjana-kerdja itu.

Akibat daripada pendisiplinan diri sendiri ini ialah: Akal bekerdja lebih teratur; ingatan mendjadi lebih baik; kemauan lebih mudah menguasai akal.

Gedjala-gedjala dan tanda-tanda kesembuhan ini menimbulkan harapan kepada orang jang menderita penjakit lemah-kemauan. Rasa pertjaja keapda diri sendiri timbul Kembali.

Timbullah harapan dalam diri mereka,bahwa kelak mereka akan sembuh sama sekali.

Djadi Langkah pertama ialah: mendisiplin diri sendiri, menundukkan diri sendiri. Hanja orang-orang jang lemah mengingini kebebasan tanpa-batas, jang akan mendjerumuskan mereka kedjurang kenistaan.

Orang-orang jang lemah tak sudi menempatkan diri dibawah rentjana-kerjda, jang djusteru akan membuat mereka kuat dan seimbang. Meereka tak berani mengambil Langkah jang pertama itu.

Djika penjakit lemah0kemauan ini sembuh, maka segala sesuatu akan mendjadi mudah, kehidupan mendjadi lebih gembira, sehat dan penuh-gairah.