Sang Buddha menggambarkan hidup ini bagaikan sebuah mimpi. Untuk menerima hal ini mungkin sangatlah sulit, terutama jika hidup kelihatan begitu mulus, menjanjikan banyak kepuasan dan kesenangan. Taka da orang yang suka dibangunkan dari mimpi indah, apalagi untuk diberitahu bahwa hidup mereka ternyata tak lebih hanya sebuah ilusi.
Tetapi bagaiaman kita bisa membedakan antara mimpi dan terjaga? Menurut Sang Buddha, pada saat tidur kita mengalamai mimpi-mimpi pendek – namu hidup adalah sebuah mimpi yang Panjang. Anda mungkin tersadar sejenak bahwa anda hidup dalam sebuah mimpi, tetapi kemudian anda jatuh balik ke dalam mimpi itu lagi
Di Buddhisme, terbangun dari mimpi kehidupan yang Panjang itu berarti menyadari(realisasi) hakekat-diri anda. Makhluk hidup yang tak mengalami realisasi ini, tinggal selamanya terjebak dalam mimpi.
Segala sesuatu muncul dan berlalu, segala sesuatu tidak riil. Kita berpikir bahwa mimpi-mimpi kit aitu tidak nyata dan percaya bahwa saat-saat kita tergaga adalah kenyataan. Tetapi takala kita mengenali sifat ilusif dari tubuh, dunia, hidup dan mati, maka kita akan paham bahwa keduanya -tidur dan terjaga – sama-sama skedar bak mimpi.
Seorang fotografer Cina yang terkenal, Lang Jing Shan, mengambil potret-potre pemandangan di daerah sekitar sungai kuning dan sungai Yangtze, lalu Menyusun hasilnya jadi mirip lukisan-lukisan Cina “gunung dan air”. Secara keseluruhan gambar tersebut mengesankan terbentuk dari fragment-fragment(potongan-potongan). Ya seperti itulah(sebetulnya) cara kerja pikiran kita. Pengalaman-pengamlaman tersimpan sebagai fragmen-fragmen di dalam pikiran bawah-sadar(subconscious mind). Kita tak pernah ingat pengamalam kita secara utuh, namun hanya berupa kejap-kejap serta serpihan tak lengkap. Di suatu tempat atau waktu tertentu, potongan-potongan ingatan itu terkadang muncul Kembali di pikiran sadar(consciousness), dan begitu pula halnya Ketika kita bermimpi.
Barangkali anda mengalami dejavu tatkala meilhat atau membaca sesuatu yang anda piker pernah anda saksikan atau baca. Kita semua mempunyai bermacam pengalaman serta pemikiran yang (bisa) memicu terbitnya perasaan atau respon-respon tertentu dalam pikiran. Tapi ibara foto impresionik, respon-repson ini hanyalah berupa fragment-fragment -pantulan ilusif dari pengalaman, pemikiran serta fantasi-fantasi kita.
Sangat sedikit orang ngerti kala mereka sedang bermimpi; lebih sedikit lagi orang yang ingin bangun- begitu mereka tahu bahwa mereka bermimpi. Orang yang belum menyadari hakekat dirisnya(self-nature) menyangka.: dia sungguh terjaga banget, bahwa hidup ini riil, dan bahwa dia tidak menderita. Baru Ketika dia memahami hakekat ilusifnya “diri” dia sadar bahwa selama ini dia telah menjalani sebuah mimpi Panjang dan sungguh bercirikan sifat tak-memuaskan. Tetapi relative amat sedikit orang yang paham bahwa untuk mengenali hakekat ketidakekalan serta sifat ilusfinya kehidupan ini – musti memerlukan Latihan harian yang serius. Tak cukup dengan sekedar mendengar kata-kata saya, membaca buku atau pun dengan mencapai pemahaman secara intelektual tentang konsep tersebut. Banyak yang telah mendenar tentang praktek, namun cuma sedikit yang sunggu mau commit dengannya. Lebih langka lagi adalah orang yang berpraktek, terbangun dari mimpi dan bukannya jatuh balik kedalam mimpi, namun -sampai me-realisasi hakekat dirinya.