Pertjobaan-pertjobaan telah membuktikan , bahwa orang-orang jang tjerdas, kadang-kadang lemah ingatannja. Ada pula orang-orang jang hanja memusatkan perhatiannja kepada hal-hal tertentu sadja. Mereka tak sanggup memikirkan hal-hal lain, dan tak ingat sedikitpun akan hal-hal lain itu, meskipun ia tahu dan ingat betul akan hal-hal jang mendjadi perhatiannja.
Ini suatu petundjuk , bahwa kita bisa melatih ingatan kita, dna bisa membuatnja perasa terhadap kesan-kesan tertentu. Itulah sebanja ada orang-orang jang sangat pandai mengingat-ingat angka-angka, ada jang tajakap mengingat nama-nama. Biasanja ketjakapan sematjam itu disebabkan karena kesenangan jang bersifat kekanak-kanakan. Banjak pegawai-pegagai perpustakaan bangga sekali karena sanggup mengingat-ingat banjak sekali nomor-nomor buku. Mereka senang, apabila bisa menundjukan ketjakapan mereka itu. Padahal ingatan jang demikian itu sungguh pitjik, dan bukan bukti ketjerdasan. Bisa mengingat nama-nama atau angka-angka bukanlah suatu hal jang perlu dibanggakan.
Bahaja besar bagi ingatan ialah: chajalan. Ada setengah orang jang mudah sekali mengatakan saja tahu betul, akan tetapi, apabila disuruh mentjeritakan apa jang diketahuinja itu, merekapun segera mengakui: “o, ja, saja tak tahu. Saja hanja berchayal” Djika suka mengchayal ini sudah menjdai penjakit, maka penderitanja menjombongkan ketadjaman ingatannja bahkan berhasil pula mejakinkan orang-orang lain.
Penyakit demikian itu sukar disembuhkan.
Sebab pertama dari ingatan jang lemah ialah tiadanja ketertipan dalam akal. Apabila dalam akal tiada tata-tertip, maka pikiran-pikiran jang sudah terpakai masuk kedalam tempat-tempat penyimpanan jang salah
Marilah kita djelaskan dengan suatu tjontoh.
Pikiran Anda katjau dan anda kebetulan berada dalam suatu kamar, Untuk menentramkan hati, Anda djalan mundar-mandir sambal memikirkan sesuatu. Anda duduk dikursi sebentar, bangkit kemudian bedjalan mundar-mandir lagi. Soal jang anda pikirakan masuk lagi kedalam pikiran. Akan tetapi akal anda tak bisa mengikuti , karena telah terpotong , Ketika anda duduk. Hal ini disebabkan, karena pikiran anda katjau, sehingga djika terganggu sedikit sadja, mendjadi berantakan.
Segala usaha untuk mengingat-ingat Kembali pikiran-pikiran jang suda masuk kedalam bawah sadar akan sia-sia belaka.
- Maka kita bisa menarik kesimpulan bawha Langkah pertama untuk memiliki ingatan jang baik ialah: mentertipkan akal.
Djika akal sudah ditertipkan , pikiran-pikiran sadarpun mendjadi tertip dan ingatan gemar menerima pikiran-pikiran jang tertip dan teratu. Menjimpan pikirna-pikiran jang tertip-teratur demikian itupun mudah sekali, dan memantulkannja Kembali pun tidak sukar.
- Langkah kedua ialah melatih akal supaja ia bis atjepat memuntjulkan pikiran-pikiran jang tersimpan dalam ingatan, djika diperlukan.
Latihan ini termasuk tug akita sheari-hari.
Mula-mula agak sukar untuk tjepat-tjepat ingat akan hal-hal jang perlu kita ketahui dengan segera. Akan tetapi lambat-laun kita akan mengalamai kemadjuan. Pikiran-pikiran kitapun mendjadi mangkin djelas dan tadjam, Buah pikiran-pikiran kitapun tak lagi suram dan samar-samar. Kita tak lagi sangsi-sangsi akan kedjituan ingatan kita, jang memang sudah bisa dipertjaja. Kesemuanja itu berkat akal jang tertip-teratur. Dan ini bisa ditjapai dengan Latihan. Dengan Latihan jang tepat, dan dengan usaha jang terus-menerus tak ada bosan-bosannja , ingatan kita mendjadi kuat.
Bukanlah maksud kita disini untuk memberi suatu pemandangan jang serba-lengkap tentang orang-orang jang dengan Latihan telah berhasilmemiliki ingatan jang kuat, aka tetapi taka da salahnja untuk menjebutkan satu peristiwa, untuk mendjelaskan apa jang kita terakan diatas itu.
Jang kita maksudkan ialah peristiwa seorang inggers Bernama Robert Proctor. Ketika masih muda ia mengundjungi British Musem, dimana ia ingin bertbitjara dengan kepala perpustakaannja. Dalam musium itu ada sedjumlah besar barang-barang tjetakan, buku-buku, dllnja, jang diterbitkan sebelum tahun 1500 dan jang dianggap sebagai hasil-hasil tjeatakan jang tertua. Berbagai ahli perpustakaan lain ingin mentjatat serta mendaftar barang-barang tjetakan dan buku-buku itu, akan tetapi mereka gentar menghadapai djumlah jang begitu banjak, karena mentjatat dan melukiskan tiap-tiap buku memerlukan penjelidikan jang teliti dan harus membanding-bandingkan dengan buku-buku lain. Selain daripada itu mentjata dan melukiskannja tak boleh ada salahnja.
Ketika ahli perpustakaan melihat Proctor, ia terpaksa tersenjum.
“Apa maksud kedatangan Tuan?” ia bertanja.
“Saja mendengar kabar bahwa Tuan mentjari orang jang bisa melukiskan buku-buku kuni, Saja ingin melakukan pekerdjaan itu.”
Ahli perpustakaan tersenjum lagi.
“Pernahkah melihat buku kuno sematjam itu?” tanjanja
“Belum, bolehkah saja mendapatkan satu, saja ingin memeriksanja.”
Maka diberikanla sebuah buku kuno kepada Proctor. Ia menjelidiki dan memeriksanja sampai djam duabelas siang. Kemudian ia minta supaa sorenja dibolehkan Kembali lagi.
“Boleh”, kata ahli perpustakaan tersebut. Dan ia pun memberithaukan peristiwa ini kepada rekannja, jang semuanja tertawa terbahak-bahak.
“Ah, sombong benar anak mud aitu,” kata salah seorang rekannja.
“Dikiran pekerdjaan mudah! PAdahal ia baru sekarang melihat buku demikian itu!”
Proctor sedjak itu setiah hari dating di Musium tersebut.
Apa jang tak bisa dilaksanakan oleh ahli-ahli perpustakaan jang pandai-pandai itu ternjata bisa dikerdjakan oleh Proctor., karena ingatannja jang kuat sekali.
Hanja dengan satu kali pandang, terlukislah gamban djelas buku-buku jang harus ditjatat, dilukiskan dan diperbandingkannja itu dalam ingatannja. Dan ingatan jang kuat ini adalah hasil dari Latihan-latihan dan pemusatan pikiran jang sempurna.
Tak setiap oranb bisa memiliki ingatan jang begitu kuat, dan inipun tak perlu. Akan tetapi mereka jang mengeluh: “ Alangkah lemah ingatan saja” hendaknja ia mentertipkan pikira-pikiraja dan sedjak tiu bertekad: “Mulai saat ini tempat penjimpanan pikiran-pikiran saja, akan saja awasi dengan akal.”